Senin, 22 Maret 2010

Bagaimana Belajar Mencintai Pekerjaan?

. Senin, 22 Maret 2010
0 Pendapatmu

 

Mencintai pekerjaan

     Banyak faktor yang menentukan seseorang bisa mencintai pekerjaannya atau tidak. Kesesuaian latar belakang pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan minat seseorang dengan pekerjaan akan membuat seseorang merasa nyaman dengan pekerjaannya.
Menurut Donna Turner, praktisi dari Sumber Daya Manusia Experd, tercapainya harapan seseorang akan kondisi lingkungan fisik kerja yang sesuai, hubungan atasan dan bawahan yang harmonis, gaji dan reward yang pas, tantangan dan kompleksitas kerja yang sesuai dengan kapasitas pribadi juga ikut menentukan.
Selain itu masih ada juga citra positif perusahaan tempat seseorang bekerja, load kerja, manajemen waktu yang efisien, serta masih banyak faktor lain. Semua ini akan menentukan bahagia-tidaknya seseorang dengan pekerjaan yang ia lakukan. Anda bisa menelusuri di sini. Apa saja penyebab ketidakbahagiaan Anda untuk kemudian dicari jalan keluarnya.
1. Konsultasi pada psikolog karier
Pertimbangkanlah kembali jika Anda berpikir bahwa rutinitas adalah hal yang menjadi batu sandungan bagi Anda, perhitungkan sejauh mana rutinitas yang bisa Anda toleransi, dan sejauh apa yang bisa membuat Anda tertekan dan terbebani. Apakah rutinitas yang berkaitan dengan interpersonal, suasana fisik kantor, prosedur/proses kerja, ataupun hasil kerja, yang membuat Anda tidak bahagia dengan pekerjaan saat ini.

Berkonsultasi dengan psikolog karier bisa membantu Anda mengakses kemampuan diri yang terpendam. Anda bisa mengikuti tes-tes minat serta alat-alat ukur/assesment yang digunakan dalam penelusuran karier. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui jenis pekerjaan/karier, serta minat yang sesuai bagi Anda.

2. Alternatif solusi praktis
Jika ternyata pekerjaan/karier yang Anda jalani sekarang kurang sesuai, pertimbangkan untuk mengawali lagi pilihan pekerjaan yang lebih cocok. Jika ternyata pekerjaan/karier Anda saat ini sudah sesuai, pertimbangkan faktor-faktor apa yang menjadi penghambat kepuasan Anda bekerja saat ini. Sebagaimana diurai di atas, diskusikan alternatif solusi praktis apa saja yang bisa Anda ambil untuk menentukan langkah selanjutnya.
Lihat pula kecenderungan Anda pada masa-masa sebelumnya. Misal, dalam tiga tahun terakhir, Anda sudah tiga kali pindah kerja dengan siklus waktu kerja yang cenderung pendek, bisa diindikasikan bahwa ketika Anda mulai merasa menguasai suatu hal, lalu merasa pekerjaan yang dilakoni sebagai rutinitas, berarti Anda kurang tertantang. Jika begitu, cobalah cari tantangan pekerjaan yang sifatnya moderate (sedang) untuk meningkatkan semangat kerja Anda. Setiap unit kerja tentu memiliki ragam spektrum kerja dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas kerja yang berbeda.
3. Tumbuhkan "mindset" positif
Diskusikan dengan atasan Anda, kemungkinan mendapatkan tanggung jawab kerja yang baru, yang bisa meningkatkan level keterampilan dan pengetahuan Anda. Ajukan diri untuk terlibat dalam project baru yang berkaitan dengan role kerja Anda, jika terbuka tawaran tersebut di tempat kerja Anda. Bergabunglah dengan grup profesi, yang sesuai dengan profesi Anda, dengan memperluas networking sekaligus meng-update regulasi baru, tren, dan ilmu baru, berkaitan dengan profesi kerja Anda. Hal ini tentu akan bermanfaat bagi perusahaan Anda saat ini maupun bagi Anda pribadi.
Bisa-tidaknya Anda menikmati pekerjaan tergantung juga pada bagaimana mindset Anda terhadap pekerjaan tersebut. Tumbuhkan mindset positif. Visualisasikan hal-hal detail dan menarik mengenai pekerjaan yang sudah didapatkan dan ingin Anda optimalkan. Tanamkan itu di benak dan hati Anda dari waktu ke waktu. Hal ini akan mendorong kecintaan terhadap pekerjaan dan membuat Anda tergerak membereskan dan mengatasi hal-hal yang mengganjal rasa suka Anda pada pekerjaan tersebut.
Selamat mencoba!

Sumber : logo_kg

Klik disini untuk melanjutkan »»

Jangan lupakan kebaikkan TUHAN

.
0 Pendapatmu

Ayat bacaan: Mazmur 103:2
======================
"Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"

Kebaikkan TUHAN

TUHAN yang murah hati.

Rutinitas seringkali membuat kita bagai robot. Bekerja, bekerja, dan terus bekerja tanpa ingat waktu. Bangun pagi, kita akan langsung diingatkan dengan segudang jadwal dan pekerjaan yang harus dilakukan sepanjang hari ini. Tidak jarang kita tidak lagi punya kesempatan untuk bermalas-malasan sebentar di atas kasur ketika jam weker berdering. Langsung meloncat turun dan buru-buru bersiap untuk berangkat ke tempat kerja. Dan ketika kita mulai berhadapan dengan situasi seperti ini, kita pun sering menjadi lupa kepada Tuhan, yang notabene adalah Pemberi segala berkat, termasuk yang sedang kita sibuki saat ini. Semua berasal dari Tuhan dan kebaikanNya, tapi ironis ketika kita malah lupa kepada Sang Pemberi dan lebih fokus kepada apa yang diberikan.Kita memilih untuk menyampingkan urusan rohani ketika kesibukan duniawi menimpa kita, dengan berbagai alasan dan alibi. Kita mengorbankan saat teduh dan persekutuan-persekutuan doa ketika kesibukan menyita jam-jam kita.


Seorang teman di sebuah situs jejaring memasang ayat bacaan hari ini di statusnya. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2). Ini adalah sebuah peringatan yang penting, terutama bagi kita yang memiliki jadwal kesibukan luar biasa. Tuhan yang penuh kasih telah memberikan kebaikan yang berlimpah kepada kita. Dia telah mengampuni segala kesalahan kita, besar atau kecil (ay 3) dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir laut (Mikha 7:19), Dia yang menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan dalam diri kita. (Mazmur 103:3). Dia yang telah menebus kita dari kematian, dan memahkotai kita dengan kasih setia dan rahmat (ay 4). Dia yang telah memberi kepuasan dengan kebaikan, sehingga kita bisa tetap memiliki semangat yang membumbung tinggi seperti rajawali (ay 5). Terhadap ini semua, bukankah kita sudah sepantasnya mengucap syukur?
Berulang-ulang kita menjumpai seruan untuk mengingat kasih setia dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 106:1, 107:1, 118:1,29, 136:1). Sedemikian pentingnya seruan ini untuk diberikan kepada kita manusia secara berulang-ulang karena tendensi kita untuk melupakan hal itu sedemikian besar. Bahkan ketika kita sedang dilanda kecemasan atau kekhawatiran sekalipun, kita harus selalu mengingatkan jiwa kita akan kebaikan Tuhan. "Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." (Mazmur 116:7). Sungguh Tuhan baik, dan itu tidak boleh kita lupakan. Biarlah tumpukan pekerjaan terus menyibuki kita, tapi jangan pernah lupa terhadap kebaikanNya. Roh kita tahu dan akan selalu menyembah Allah, tapi jiwa dan daging kita seringkali membuat kita lupa akan hal ini. Karenanya kita harus selalu dengan rajin mengingatkan kembali jiwa kita, terus menyegarkan jiwa kita dengan firman Tuhan dan merenungkan segala kebaikanNya dalam hidup kita. Kesibukan boleh datang, tapi kebaikan Tuhan jangan pernah dilupakan. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2).

Klik disini untuk melanjutkan »»

Senin, 01 Maret 2010

10 Dosa dalam Percakapan

. Senin, 01 Maret 2010
0 Pendapatmu

Percakapan yg membosankanPercakapan adalah kunci menuju kepribadian, intelektualitas, dan kehidupan spiritual yang lebih baik. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana membangun percakapan yang menyenangkan bagi lawan bicaranya. Akibatnya, lawan bicara bukannya tertarik untuk saling berbagi cerita, tetapi jadi bosan dan ingin segera meninggalkan Anda. Hal itu akan terjadi bila Anda melakukan "dosa" sebagai berikut:

1. Mendominasi percakapan. Anda baru saja selesai menceritakan sebuah pengalaman yang lucu. Namun seseorang yang merasa dirinya lebih dari Anda, dan ingin mendominasi akan berkata seperti ini, "Itu tidak lucu. Lebih lucu ceritaku, nih".
Orang yang senang mendominasi percakapan sebenarnya tidak berniat untuk mendengarkan Anda. Mereka berharap Anda lah yang akan mendengarkan mereka. Mereka akan senang menantang Anda untuk mendengarkan cerita Anda, namun tidak mau Anda memberikan komentar. Mereka hanya berniat untuk membuat lawan bicara menjadi pendengar saja.
2. Pandangan mata. Ada pepatah mengatakan bahwa pandangan mata akan mengatakan segalanya. Sedikitnya hal itu benar dan berlaku dalam percakapan. Kalau lawan bicara Anda menatap Anda seakan ingin "menelan" Anda, pasti ada hal yang mengganggunya. Begitu juga bila seorang teman lama mendatangi Anda dan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Anda menyambut jabatannya, tetapi Anda tak menatapnya. Hal ini memberi kesan Anda meremehkan dirinya.
3. Pura-pura mendengar. Anda pasti pernah berada dalam situasi yang ramai, dan menyebabkan Anda kurang dapat mendengarkan dengan jelas. Anda pun meminta mereka untuk mengulang kembali apa yang mereka katakan. Tetapi setelah mereka mengulang berkali-kali Anda jadi merasa bersalah, dan ingin membuat suasana jadi baik kembali. Terkadang hal ini tidak berhasil. Sebab apa yang Anda tanggapi ternyata berbeda dengan konteks yang mereka sampaikan. Contohnya Anda mengatkan, "Wah, bagus itu". Padahal lawan bicara Anda baru mengatakan bahwa ia akan bercerai!
4. Salah sasaran. Bercanda dengan kaum pria tentu berbeda dengan bercanda dengan saat Anda bersama rekan-rekan wanita. Pastikan bahwa lelucon yang Anda lontarkan untuk perempuan memang sesuai untuk mereka, atau sebaliknya (lelucon yang pas untuk pria). Sebab tidak semua jenis humor bisa disampaikan kepada semua pendengar.
5. Merasa ikut tenar. Anda mengatakan kenal dengan selebriti A atau B, atau sering nongkrong bareng penyanyi atau band ini dan itu. Sekali-dua kali, cerita ini mungkin akan terdengar hebat di kalangan teman-teman Anda. Namun akan membosankan saat Anda memaksakan topik yang hanya mempertunjukkan kebolehan Anda dalam berteman.
6. Semua tentang diri sendiri. Anda bercerita tentang keluarga, hobi, gaya pakaian, pekerjaan, atau liburan Anda saat long weekend lalu. Apa pun yang Anda ceritakan, hanya berfokus pada kegiatan Anda. Seakan-akan dunia ini akan sepi tanpa ada Anda. Sahabat terbaik pun akan bosan menghadapi obrolan Anda, apalagi mendengarkan curhatan Anda tentang pria yang baru Anda kenal saat sahabat Anda tengah enak-enak tidur.
7. Hal-hal negatif. Menceritakan semua hal yang berhubungan dengan kemalangan Anda boleh saja dilakukan sesekali. Tetapi kalau hal itu menjadi topik yang terus-menerus Anda umbar, semua orang pasti akan memilih menghindar saja dari Anda. Semua orang akan senang bertukar pengalaman dan memberikan solusi, tapi -terus terang saja- hal-hal yang negatif tidak selalu menjadi bahan perbincangan yang menarik, lho.
8. Jawaban pendek. Lawan bicara Anda hanya mengomentari dengan kata-kata "Ya" atau "Tidak". Mereka terdengar seperti pencuri yang baru saja Anda interograsi. Coba cari topik atau pembicaraan yang bisa memancing lawan bicara untuk lebih banyak bercerita dan menyampaikan pendapat mereka.
9. Terlalu banyak bicara. Karena Anda tidak ingin percakapan jadi hambar atau situasi jadi hening, Anda pun bicara terus-menerus tanpa memberikan kesempatan pada lawan bicara. Kalau Anda menggunakan cara ini saat kencan pertama kali dengan si dia, dijamin dia tidak akan menelepon Anda lagi esoknya.
10. Ingin terlihat smart. Anda boleh saja menceritakan sejumlah buku atau majalah favorit yang biasanya Anda baca. Tetapi tak perlu mengesankan bahwa bacaan Anda hanya untuk orang-orang pintar atau orang tertentu saja. Bila Anda menceritakan sebuah majalah dengan segmen tertentu, sadari bahwa lawan bicara Anda belum tentu tertarik mendengarnya.

Sumber : logo_kg

Klik disini untuk melanjutkan »»

Kriteria SDM yang Baik seperti Apa, Sih?

.
0 Pendapatmu

SDM yang baik

Kadang, dalam sebuah perusahaan, sering kali terasa ada dinding pemisah antarbagian. Idealnya, bagian sumber daya manusia atau SDM adalah yang berwenang untuk menjembatani hal ini. Namun, bagaimana jika justru bagian yang seharusnya menjadi jembatan inilah yang memutus hubungan baik?
Donna Turner, praktisi Sumber Daya Manusia Experd, menjelaskan, Manajemen SDM sebenarnya merupakan suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya. Manajemen ini hadir untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau HRD (Human Resources Department). Nah, fungsi operasional dalam Manajemen SDM sendiri menjadi dasar pelaksanaan proses Manajemen SDM yang efisien dan efektif dalam pencaaian tujuan organisasi/perusahaan.
5 Fungsi
Fungsi operasional ini terbagi lima bagian,

yakni:

1. Fungsi Pengadaan
Berurusan dengan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan (the right man in the right place).

2. Fungsi Pengembangan
Mengurusi proses peningkatan keterampilan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Fungsi Kompensasi
Menangani pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (output) karyawan kepada perusahaan.

4. Fungsi Pengintegrasian
Mengatur kegiatan mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan sehingga tercipta kerja sama serasi dan saling menguntungkan. Pengintegrasian merupakan hal penting dan kompleks dalam manajemen SDM karena mempersatukan dua aspirasi atau kepentingan yang bisa saja saling bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.

5. Fungsi Pemeliharaan
Tugasnya mengurusi kegiatan memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang.
Jadi, dapat dilihat bahwa fungsi SDM tak sekadar menjalankan fungsi tradisional kegiatan administrasi, yang berkaitan dengan perekrutan pegawai staffing, coordinating yang dilakukan oleh bagian personalia saja.
Kriteria HR Manager
Benar bahwa HR perlu menjembatani karyawan dengan perusahaan, sesuai fungsi pengintegrasian Manajemen SDM. Proses ini sendiri bukan proses yang mudah. HR dituntut perlu memahami dan mengakomodasi kepentingan, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dari banyak pihak internal ataupun eksternal perusahaan.
HR juga dituntut bekerja sama dengan beberapa unit dan lembaga terkait tanpa keluar dari koridor regulasi yang ada. Pihak internal perusahaan ini seperti tenaga kerja dari berbagai strata dan unit perusahaan, serta pihak share holder perusahaan. Sementara pihak eksternal perusahaan, seperti kondisi lingkungan masyarakat lokal, nasional, dan global yang relevan dengan pihak perusahaan.
Mengenai kriteria HR Manager yang baik, antara lain dapat me-manage manajemen SDM agar dapat menjalankan ke-5 fungsi di atas dengan optimal. HR bisa saja diaudit oleh pihak yang memiliki wewenang dan kapasitas mengaudit. Namun, akan lebih ideal apabila audit dilakukan oleh pihal eksternal perusahaan sehingga lebih netral. Kebutuhan perlu tidaknya pengauditan HR memang bisa datang dari para karyawan yang mengajukan usulan ke top manajemen. Namun, wewenang perlu tidaknya HR diaudit tetap diputuskan oleh manajemen atas.
Buktikan dan Konsultasikan
Jika Anda merasa HR Manager tidak melakukan tugasnya dengan baik, atau bahkan menyalahgunakan wewenangnya, ada baiknya untuk mengajukan usulan ditunjang dengan bukti-bukti obyektif dan alasan yang rasional. Dengan begitu, usulan Anda dianggap kuat untuk dipertimbangkan. Konsultasikan masalah Anda dengan pihak yang mengerti masalah HR dan manajemen HR. Jadi, sebelum Anda maju untuk mengajukan usulan audit, Anda yakin bahwa langkah Anda sudah benar.
Biasanya, sebelum dilakukan langkah formal, akan dilakukan langkah-langkah informal ataupun mediasi antara karyawan dan pihak HR. Ini bisa dilakukan melalui forum dialog ataupun forum lain yang didasari itikad baik untuk menyelesaikan masalah dengan tujuan baik demi kepentingan semua pihak.

 

Sumber : logo_kg

Klik disini untuk melanjutkan »»

Berdoa dengan hati tulus

.
0 Pendapatmu

Ayat bacaan: Matius 6:5
====================
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

 

Berdoa tulus hati "Bagaimana sih aku harus berdoa? Aku bukan orang yang pintar merangkai kata." Itu kata seorang teman ketika saya menyarankan dirinya untuk mulai mengisi hari-hari dengan doa. Mungkin ada yang tertawa mendengar pertanyaan itu, tapi sebenarnya ada banyak orang yang mengira bahwa doa itu sama seperti puisi atau lirik lagu, yang harus dibuat bersajak, memakai kata-kata yang terangkai indah atau malah sepanjang mungkin. Tidaklah mengherankan jika banyak orang yang tidak berani memimpin doa bahkan dikalangan teman-temannya sendiri. Bagus tidaknya sebuah doa bukan lagi didasarkan kepada kesungguhan hati, ketulusan dan kejujuran, melainkan kehebatan bermain kata. Doa bukan lagi merupakan sarana hubungan antara kita dengan Tuhan, namun sudah bergeser maknanya menjadi ajang untuk memamerkan kemampuan merangkai kata atau mencari popularitas diri sendiri.
Bukan itu yang dicari Tuhan dari kita. Bukankah Tuhan sendiri sudah berfirman bahwa "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7) ? Tuhan tidak melihat hebat tidaknya rangkaian kata-kata puitis, tapi Dia melihat hati kita. Apakah doa yang kita panjatkan berasal dari hati yang tulus, atau semua itu hanyalah dilakukan untuk memamerkan diri kita sendiri didepan orang lain. Ketika makna doa bergeser menjadi untuk kepentingan duniawi, agar dipuji orang, agar terlihat suci, sebagai ajang pameran rohani, maka sesungguhnya Tuhan pun tidak lagi berkenan atas doa-doa yang kita panjatkan, meski dalam rangkaian kata yang begitu indah. Doa yang didengarkan Tuhan adalah doa yang didsarkan kepada kejujuran atau ketulusan bukan kepura-puraan.
Kita bisa melihat reaksi Yesus terhadap orang-orang Farisi. Ketika itu orang Farisi terkenal dengan kegemarannya berdoa di sudut-sudut jalan yang ramai, ditengah pasar atau kerumunan orang. Pokoknya dimana ada keramaian, maka mereka pun segera pasang aksi. Mereka mengira Tuhan akan terkesan dengan perilaku mereka, namun sebenarnya justru sebaliknya. Tuhan tidak suka dengan gaya seperti ini.

Yesus pun segera mengingatkan murid-muridNya untuk tidak meniru cara tersebut. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5). Yesus pun melanjutkan bahwa berdoa itu justru sebaiknya dilakukan dengan mencari tempat yang sepi dan tenang, seperti di dalam kamar, agar kita bisa memusatkan seluruh diri kita untuk mencari Bapa dan mendengarkan suaraNya. "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Tidak cukup sampai disitu, Yesus pun melanjutkan peringatan agar kita jangan bertele-tele dalam berdoa. Berpanjang lebar, berulang-ulang seolah-olah Tuhan itu pelupa atau sulit mengerti isi hati kita. "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (ay 7). Mengapa demikian? "karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (ay 8). Lalu Yesus pun memberikan contoh doa yang baik yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. (ay 9-15).
Apa yang diajarkan Yesus sesungguhnya jelas. Dia mengingatkan kita bahwa doa itu dipanjatkan hanya untuk Tuhan saja, dan bukan untuk didengarkan manusia. Ini berarti bahwa Tuhan mementingkan isi hati kita yang tulus, datang dan mengatakan apa adanya di hadapan Tuhan, mencurahkan isi hati kita tanpa ada agenda-agenda terselubung, tanpa ada maksud lain selain menjalin hubungan secara langsung dengan Tuhan. Ketika berdoa dilakukan agar mendapat pujian, supaya dinilai hebat rohani oleh orang lain, agar terlihat pintar bermain kata-kata puitis, punya banyak perbendaharaan kata dan lain-lain, ketika itu pula kita menjadi orang yang munafik. Dalam kemunafikan tidak ada lagi ketulusan. Motivasi berdoa yang benar itu sungguh penting. Berdoa nonstop 24 jam pun akan percuma apabila dilakukan dengan motivasi yang hanya mencari perhatian dari orang lain.
Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang munafik yang mempergunakan doa untuk tujuan atau motivasi yang hanya mencari pujian. Lihat apa kata Tuhan mengenai hal ini. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Keajaiban yang menakjubkan bukanlah keajaiban dalam arti positif, tapi mengacu kepada pukulan yang bertubi-tubi. Jurang kebinasaan pun menganga di depan mata.
Firman Tuhan berkata "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkotbah 5:2). Ini mengingatkan kita untuk tidak mementingkan rangkaian kata-kata panjang. Apa yang berkenan bagi Tuhan adalah doa yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, yang berasal dari hati yang tulus. Ketulusan sungguh memegang peranan penting dalam menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dengan menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan mendapatkan anugerah Roh Kudus dalam diri kita, sudah seharusnya kita datang kepada Bapa dengan hati yang tulus ikhlas dan iman yang teguh. "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:2). Janganlah sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang mengira bahwa doa yang dijawab adalah doa yang dirangkai dengan kata-kata mutiara, berpanjang lebar atau berulang-ulang, atau bahkan berupa hafalan. Berdoa dengan kata-kata indah itu bagus, tapi semua itu tidaklah ada gunanya jika bukan berasal dari hati yang tulus. Jika seperti itu, jangan harap Tuhan mau menjawab doa kita. Hati Tuhan akan tersentuh jika kita berdoa dengan hati yang tulus, karena apa yang ada di hati kita,itulah yang dilihat Tuhan. Tidak perlu bingung seperti teman saya ketika hendak berdoa. Datang apa adanya, membawa diri kita sendiri dengan jujur di hadapan Allah akan jauh lebih bernilai daripada doa yang mementingkan gaya dan motivasi-motivasi salah lainnya. Bukan cara kita berdoa yang paling penting, tetapi sikap hati kita ketika melakukannya, itulah yang dilihat Tuhan.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Hadie-Littha_1979 To Blogger.com | Template by Hadie-Littha_1979