Selasa, 31 Juli 2012

BARANGSIAPA RELA KEHILANGAN NYAWA KARENA AKU MAKA IA AKAN DISELAMATKAN

. Selasa, 31 Juli 2012
0 Pendapatmu

Pesta St Ignatius Loyola: Ul 30:15-20; Gal 5:16-25; Luk 9:18-26
"Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya"

St Ignatius Loyola terkenal dan diakui sebagai salah satu guru rohani/spiritual dalam Gereja Katolik dengan Latihan Rohaninya. Buku Latihan Rohani merupakan hasil buah permenungan atau refleksi St.Ignatius Loyola dalam perjalanan hidup dan panggilannya bertahun-tahun dengan berinspirasi pada apa yang tertulis dalam Kitab Suci, Injil, khususnya riwayat perutusan Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Buku Latihan Rohani merupakan tuntutan olah rohani, agar mereka yang menjalani Latihan atau Olah Rohani tumbuh berkembang menjadi sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, yang datang dan diutus untuk menyelamatkan seluruh dunia. Maka mereka yang telah menjalani Latihan Rohani dalam cara hidup dan cara bertindaknya dalam tugas, panggilan atau pekerjaan apapun senantiasa berusaha untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia. Berparitisipasi dalam karya penyelamatan dunia masa kini hemat saya harus mahir dalam pembedaan roh atau spiritual discernment, maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Ignatius Loyola hari ini kami ajak anda sekalian untuk mawas diri perihal kemahiran pembedaan roh yang oleh St.Ignatius Loyola sungguh menjadi cirikhas sahabat-sahabat Yesus Kristus.
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Luk 9:23-25)
Mahir dalam pembedaan roh atau spiritual discernment memang 'harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari', alias tidak hidup dan bertindak mengikuti selera atau kehendak pribadi. Memikul salibnya setiap hari berarti setia melaksanakan tugas dan pekerjaan atau kewajiban setiap hari alias setia menghayati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan tugas, panggilan dan perutusannya. Pelatihan awal agar terampil atau mahir dalam pembedaan roh adalah membiasakan diri mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan. Dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun kiranya kita terikat oleh tata tertib atau aturan, maka kami harapkan kita tidak meremehkan aturan atau tata tertib tersebut. Hendaknya selama diperjalanan, entah sebagai pengemudi kendaraan atau pejalan kaki, mentaati dan melaksanakan aneka rambu-rambu lalu lintas, karena tertib dijalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas bangsa.


Menyangkal diri atau 'kehilangan nyawa karena Tuhan' berarti mengarahkan dambaan, kerinduan atau cita-cita kepada Tuhan, dengan harapan dapat melaksanakan aneka perintah dan kehendak Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Setiap dari kita kiranya memiliki dambaan, kerinduan atau cita-cita yang berbeda satu sama lain, demikian setiap suku dan bangsa memiliki 'budaya' (=cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak) yang berbeda satu sama lain. Marilah kita sadari dan hayati bahwa aneka perbedaan yang ada merupakan anugerah Tuhan, yang hendaknya dihayati sebagai wahana untuk saling melengkapi dan mengasihi. Hemat saya di antara perbedaan-perbedaan yang ada pasti ada kesamaan, maka baiklah dalam rangka saling mengasihi pertama-tama kita hayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, sehingga apa yang berbeda fungsional memperteguh dan memperdalam hidup saling mengasihi.
Dengan saling menyangkal diri diharapkan dalam kebersamaan hidup dan kerja kita terjadi kesatuan hati dan budi serta jiwa. Tindakan ada kemungkinan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi di mana kita hidup dan bekerja, tetapi tetap dalam kesatuan hati, budi dan jiwa. Jika kita sungguh dalam kesatuan hati, jiwa dan budi maka kebersamaan hidup dan kerja kita menyelamatkan diri kita maupun mereka yang kena dampak hidup dan kinerja kita. "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16). Kita semua mendambakan kehidupan sejati dan keberuntungan, maka marilah kita bersama-sama, bergotong-royong 'hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya'. Pada saat ini saudara-saudari kita, umat Islam, sedang menjalani puasa, ibadah guna semakin mendekatan diri pada perintah, ketetapan dan peraturan Tuhan, maka baiklah kita menyatukan diri dengan saudara-saudari kita yang sedang berpuasa, menyangkal diri dan berusaha setia pada aturan dan tata tertib hidup beriman atau beragama.
"Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (Gal 5:22-25)
Hidup dari dan oleh Roh Kudus , 'dipimpin oleh Roh',  berarti dapat menemukan Tuhan dalam segala sesuatu dan menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini ada karena diciptakan oleh Tuhan bekerjasama dengan orang-orang yang sungguh memper-sembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tanpa Tuhan segala sesuatu di dunia ini tidak ada sebagaimana adanya saat ini. Tuhan hidup dan berkarya dalam segala sesuatu dan tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Karya Tuhan dalam diri manusia menjadi nyata dalam penghayatan keutamaan-keutamaan sebagaui buah Roh, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri".
Orang yang mahir atau terampil dalam pembedaan roh senantiasa juga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Roh dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai sekaligus menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Keutamaan-keutamaan tersebut di atas sungguh perlu dan dibutuhkan oleh siapapun yang mendambakan hidup selamat, damai sejahtera dan bahagia lahir-batin, jasmani-rohani, fisik-spiritual. Hemat saya kita semua mendambakan keselamatan, damai dan kebahagiaan macam itu, maka marilah kita saling membantu atau bekerja sama mengusahakan, memperdalam, memperteguh dan menyebarluaskan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Mungkin baik saya angkat perihal keutamaan 'penguasaan diri'.
Menguasai diri berarti dapat mengendalikan diri, sehingga dirinya hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jika kita dapat mengendalikan atau menguasa diri kita, maka sikap hidup kita terhadap orang lain akan melayani, sedangkan jika kita tak dapat mengendalikan atau menguasai diri maka sikap terhadap orang lain akan menindas. Marilah kita senantiasa berusaha setia dan taat kepada perintah dan kehendak Tuhan, dan untuk itu memang harus dapat mengendalikan diri. Maka mengakhiri refleksi sederhana ini, marilah kita renungkan dan hayati doa St.Ignatius Loyola ini: "Ambillah Tuhan, dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku. Engkaulah yang memberikan, padaMu Tuhan kukembalikan. Semuanya milikMu, pergunakanlah sekehendakMu. Berilah aku cinta dan rahmatMu, cukup itu bagiku" (St.Ignatius Loyola, LR no 234)
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin." (Mzm 1:1-4)

Iman Katolik

Sumber : http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Jumat, 20 Juli 2012

MARHABAN YA MARHABAN……

. Jumat, 20 Juli 2012
0 Pendapatmu

 

 

 

Ramadhan 1433H

Marhaban Ya marhaban

Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1433 hijriah bagi saudara-saudaraku…..

 

Klik disini untuk melanjutkan »»

BELAS KASIHAN YANG DIKEHENDAKI TUHAN BUKAN PERSEMBAHAN

.
0 Pendapatmu

 

"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan"

(Yes 38:1-6.21-22; Mat 12:1-8)

"Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."(Mat 12:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Semua peraturan atau tata tertib dibuat dan diundangkan demi dan untuk cintakasih, dibuat berdasarkan cintakasih dan diundangkan agar mereka yang melaksanakan hidup saling mengasihi. Maka hendaknya senantiasa mensikapi serta melaksanakan aneka peraturan dan tata tertib dengan atau dalam semangat cintakasih. Aneka peraturan dan tata tertib merupakan buah hasil kompromi dari aneka masukan, pendapat dan harapan, yang berbeda satu sama lain, maka dapat diduga bahwa aneka peraturan atau tata tertib begitu umum, dan sering mendua sehingga dalam kenyataan menimbulkan masalah. Dengan kata lain aneka peraturan atau tata tertib yang tertulis memang serba terbatas jika dibandingkan dengan hukum utama cintakasih. Jika dalam kenyataan hidup dan kerja sehari-hari muncul masalah atau ketegangan, hendaknya ditangani atau dibijaki dengan dan dalam cintakasih, dan memang ada kemungkinan kebijakan yang muncul kelihatan melanggar peraturan atau tata tertib, karena cinta kasih memang mengatasi atau mendasari aneka peraturan atau tata tertib. Cinta bijaksana atau belas kasih itulah yang hendaknya kita perdalam dan perkembangkan serta hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Senada dengan cinta bijaksana atau belas kasih atau keselamatan jiwa, maksudnya keselamatan jiwa hendaknya menjadi barometer atau tolok ukur keberhasilan dan kesuksesan cara hidup dan kerja kita. Semakin banyak jiwa manusia diselamatkan berarti hidup dan kerja kita semakin sukses sesuai dengan kehendak Tuhan.

· "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu" (Yes 38:3), demikian doa raja Hiskia setelah mendengar bahwa ia akan segera meninnggal dunia. Doanya didengarkan oleh Tuhan dan kemudian ia menerima anugerah umur lebih panjang lagi, selama lima belas tahun lagi. Dalam kenyataan hidup sehari-hari kita sering menyaksikan bahwa orang-orang baik, setia dan tulus hati cepat-cepat dipanggil Tuhan, sedangkan orang-orang jahat lebih berumur panjang. Kita semua tahu bahwa tambah umur dan tambah pengalaman pasti juga tambah dosa-dosanya. Kita semua dipanggil untuk meneladan Hiskia, entah dianugerahi umur pendek atau umur panjang, hendaknya kita hidup "dengan setia dan dengan tulus dan melakukan apa yang baik di mata Tuhan". Apapun tugas atau pekerjaan kita marilah kita senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang baik dengan tulus dan setia, bukan pura-pura atau permainan sandiwara. Memang perilaku murni atau asli sungguh berbeda dengan yang pura-pura atau sandiwara, dan dalam kenyataan akan kelihatan atau terasa. Salah satu tindakan yang sering bersifat sandiwara atau pura-pura adalah memberi sumbangan atau derma: ada orang atau kelompok memberi sumbangan atau derma bukan dari ketulusan hatinya untuk membantu, melainkam merupakan buah kelicikannya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Membantu orang lain bukan tujuan membantu, melainkan ada pamrih lain demi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Kami berharap entah pribadi atau kelompok untuk menjauhkan diri dari tindakan memberi sumbangan atau derma dengan pamrih, tidak tulus iklas.

"Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. Aku berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak akan melihat seorang pun lagi di antara penduduk dunia.Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku" (Yes 38:10-12)

Iman Katolik Sumber : http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Selasa, 10 Juli 2012

TUAIAN BANYAK, SEDIKIT PEKERJA

. Selasa, 10 Juli 2012
0 Pendapatmu

"Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit."

(Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38)

 

"Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

    Jumlah umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang, entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang. Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan generasi muda untuk mengikutinya.

· "Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!" (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa 'pekerja' hanya sedikit. Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau upayakan bersama-sama.

"Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya." (Mzm 115:3-8)

Iman Katolik

Sumber : http://renunganimankatolik.blogspot.com/

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Hadie-Littha_1979 To Blogger.com | Template by Hadie-Littha_1979