Senin, 30 November 2009

TIGA ORANG AHLI

. Senin, 30 November 2009

tiger

Ada tiga orang akhli yang hendak pergi berburu harimau. Mereka terdiri dari akhli tulang, akhli kulit, dan akhli membuat nafas buatan. Untuk memasuki hutan tempat mereka berburu, mereka dibantu oleh seorang anak desa yang bertugas sebagai penunjuk jalan dan pembawa perlengkapan serta barang-barang kebutuhan berburu mereka.
Setelah seharian penuh mereka berkeliling menyusuri hutan, tidak satu pun harimau yang berhasil mereka tangkap. Mereka hanya memperoleh seekor rusa, kelinci dan babi hutan.


Dengan perasaan kecewa, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali pulang, namun di tengah perjalanan mereka menemukan bangkai seekor harimau yang sudah mati.
Melihat temuannya itu, mereka mendapatkan ide untuk mempraktekkan keakhliannya.
Maka mulailah si akhli tulang bekerja untuk merangkai kembali tulang-belulang harimau yang sudah menjadi bangkai tersebut. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, tulang belulang yang berserakan itu telah berubah menjadi kerangka seekor harimau yang berdiri tegak dengan keempat kakinya.
Kemudian si ahli kulit melanjutkan pekerjaan tersebut dengan membungkus kembali kerangka binatang buas itu dengan kulit-kulit binatang lain hasil buruannya.
Maka sekarang tampaklah di hadapan mereka, seekor harimau yang sangat mirip dengan aslinya. Yang kurang cuma satu, harimau itu belum bisa mengaum layaknya harimau lain, karena ia belum bisa bernafas.
Si ahli pembuat nafas buatan, merasa tertantang dan bersiap-siap untuk menyempurnakan pekerjaan tersebut agar harimau itu bisa hidup kembali.
Ketika si akhli nafas buatan hendak menunjukkan keakhliannya, tiba-tiba si anak desa yang menjadi pemandu dan penunjuk jalan ketiga orang ahli itu berteriak, “ Jangan! Jangan lakukan itu.” Tetapi mereka tidak menghiraukan teriakan anak desa itu yang hendak mengingatkan bahwa harimau yang hidup sangat berbahaya bagi manusia.
Mereka malah bersorak kegirangan. “Yes! Kita berhasil,” seru mereka dengan bangga.
Harimau itu tampak mulai membuka matanya dan mengenduskan hidungnya, lalu ia mengaum keras sambil membuka mulutnya dan menerkam ketiga orang ahli itu yang berdiri tepat di depannya.
Ketiga orang pintar itu tidak ada satu pun yang selamat, kecuali si anak kampung yang sejak tadi sudah berada di atas pohon.
Orang bodoh seringkali ditertawakan orang pintar, tetapi orang pintar yang tidak bijaksana seringkali menjadi korban dari kepandaiannya sendiri.
Artikel oleh : Sulaiman

GOLDEN WORD:
”Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya daripada keberhasilan di masa lalu” – Alvin Toffler

0 Pendapatmu:

 
Hadie-Littha_1979 To Blogger.com | Template by Hadie-Littha_1979