Percakapan adalah kunci menuju kepribadian, intelektualitas, dan kehidupan spiritual yang lebih baik. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana membangun percakapan yang menyenangkan bagi lawan bicaranya. Akibatnya, lawan bicara bukannya tertarik untuk saling berbagi cerita, tetapi jadi bosan dan ingin segera meninggalkan Anda. Hal itu akan terjadi bila Anda melakukan "dosa" sebagai berikut:
1. Mendominasi percakapan. Anda baru saja selesai menceritakan sebuah pengalaman yang lucu. Namun seseorang yang merasa dirinya lebih dari Anda, dan ingin mendominasi akan berkata seperti ini, "Itu tidak lucu. Lebih lucu ceritaku, nih".
Orang yang senang mendominasi percakapan sebenarnya tidak berniat untuk mendengarkan Anda. Mereka berharap Anda lah yang akan mendengarkan mereka. Mereka akan senang menantang Anda untuk mendengarkan cerita Anda, namun tidak mau Anda memberikan komentar. Mereka hanya berniat untuk membuat lawan bicara menjadi pendengar saja.
2. Pandangan mata. Ada pepatah mengatakan bahwa pandangan mata akan mengatakan segalanya. Sedikitnya hal itu benar dan berlaku dalam percakapan. Kalau lawan bicara Anda menatap Anda seakan ingin "menelan" Anda, pasti ada hal yang mengganggunya. Begitu juga bila seorang teman lama mendatangi Anda dan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Anda menyambut jabatannya, tetapi Anda tak menatapnya. Hal ini memberi kesan Anda meremehkan dirinya.
3. Pura-pura mendengar. Anda pasti pernah berada dalam situasi yang ramai, dan menyebabkan Anda kurang dapat mendengarkan dengan jelas. Anda pun meminta mereka untuk mengulang kembali apa yang mereka katakan. Tetapi setelah mereka mengulang berkali-kali Anda jadi merasa bersalah, dan ingin membuat suasana jadi baik kembali. Terkadang hal ini tidak berhasil. Sebab apa yang Anda tanggapi ternyata berbeda dengan konteks yang mereka sampaikan. Contohnya Anda mengatkan, "Wah, bagus itu". Padahal lawan bicara Anda baru mengatakan bahwa ia akan bercerai!
4. Salah sasaran. Bercanda dengan kaum pria tentu berbeda dengan bercanda dengan saat Anda bersama rekan-rekan wanita. Pastikan bahwa lelucon yang Anda lontarkan untuk perempuan memang sesuai untuk mereka, atau sebaliknya (lelucon yang pas untuk pria). Sebab tidak semua jenis humor bisa disampaikan kepada semua pendengar.
5. Merasa ikut tenar. Anda mengatakan kenal dengan selebriti A atau B, atau sering nongkrong bareng penyanyi atau band ini dan itu. Sekali-dua kali, cerita ini mungkin akan terdengar hebat di kalangan teman-teman Anda. Namun akan membosankan saat Anda memaksakan topik yang hanya mempertunjukkan kebolehan Anda dalam berteman.
6. Semua tentang diri sendiri. Anda bercerita tentang keluarga, hobi, gaya pakaian, pekerjaan, atau liburan Anda saat long weekend lalu. Apa pun yang Anda ceritakan, hanya berfokus pada kegiatan Anda. Seakan-akan dunia ini akan sepi tanpa ada Anda. Sahabat terbaik pun akan bosan menghadapi obrolan Anda, apalagi mendengarkan curhatan Anda tentang pria yang baru Anda kenal saat sahabat Anda tengah enak-enak tidur.
7. Hal-hal negatif. Menceritakan semua hal yang berhubungan dengan kemalangan Anda boleh saja dilakukan sesekali. Tetapi kalau hal itu menjadi topik yang terus-menerus Anda umbar, semua orang pasti akan memilih menghindar saja dari Anda. Semua orang akan senang bertukar pengalaman dan memberikan solusi, tapi -terus terang saja- hal-hal yang negatif tidak selalu menjadi bahan perbincangan yang menarik, lho.
8. Jawaban pendek. Lawan bicara Anda hanya mengomentari dengan kata-kata "Ya" atau "Tidak". Mereka terdengar seperti pencuri yang baru saja Anda interograsi. Coba cari topik atau pembicaraan yang bisa memancing lawan bicara untuk lebih banyak bercerita dan menyampaikan pendapat mereka.
9. Terlalu banyak bicara. Karena Anda tidak ingin percakapan jadi hambar atau situasi jadi hening, Anda pun bicara terus-menerus tanpa memberikan kesempatan pada lawan bicara. Kalau Anda menggunakan cara ini saat kencan pertama kali dengan si dia, dijamin dia tidak akan menelepon Anda lagi esoknya.
10. Ingin terlihat smart. Anda boleh saja menceritakan sejumlah buku atau majalah favorit yang biasanya Anda baca. Tetapi tak perlu mengesankan bahwa bacaan Anda hanya untuk orang-orang pintar atau orang tertentu saja. Bila Anda menceritakan sebuah majalah dengan segmen tertentu, sadari bahwa lawan bicara Anda belum tentu tertarik mendengarnya.
0 Pendapatmu:
Posting Komentar